Kembalikan Senyumku Tuhan…
Synopsis tentang aku : namaku Ditha Pranata.. biasa di panggil
Tha-tha, aku terkenal sebagai anak yang ceria di lingkungan sekolahku ohh yah aku
ini punya hobby yaitu menulis sebuah puisi,hehehe. Rambutku panjang sepundak
ya agak ikal dan berwarna hitam tubuhku kurus tinggi dan kulitku
sawo mateng, hehehe. Sekarang aku sudah berumur 14 tahun. Aku sekolah di SMP 01
Kartini., aku juga mempunyai 2 orang sahabat kecil ku yang menyayangiku namanya
Lidya, dan Tifany..mereka selalu membuat ku tersenyum lepas ketika aku
menangis…
Pagi itu mentari tampak cerah seindah senyumanku. Kusapa mamah
papah yang sudah standby dimeja makan bundar diruang tengah kecil rumahku..
“ pagi mah..pagi pah..”
“pagi sayangg..sarapan dulu tha”
“gak mah, tha mau buru-buru, hari ini ada praktek biologi mah. Tha
juga belom belajar..hehehe”
“minum susunya dulu tha..”
“iiah mah..”
Aku pun melangkahkan kakiku keluar rumah dan mengucap salam pada
mamah papah tuk pergi sekolah. Aku selalu senang bila sudah berangkat menuju
sekolah, menurutku sekolah itu rumah ke 2 aku.. Ingin rasanya aku tetap ceria
seperti ini Tuhan (pintaku dalam hati) namun ketika penyakit ini kambuh lagi,
senyum dan ceriaku seakan hilang bahkan mati (renungku sepanjang jalan).
“doooorr…”
“(kaget) huuhh… kamu kenapa sich selalu ngagetin aku dar
belakang!!..”
“waw..marah-marah sich kura-kura betina..hehehe”
“bisa gak sich jangan bilang aku kura-kura!”
“hahaha..bisa. kalo gitu aku panggil siput jelek aja yah…hehe”
“puass kamu katawain aku dhi!!”
“eh..eh..kamu marah tha? Maaf atuh tha…kamu kenapa dari tadi
melamun mulu?”
“yah aku maafin.. gak apa-apa koq dhi… tumben kamu lewat sini!..”
“sepedaku lagi rusak tha..hehe. kamu sendiri aja tha jalan
kesekolah? Apa gak capek tha jalan kayak gini? Kenapa gak naik angkutan umum or
sepeda gitu tha? Kan lumayan jauh juga…”
“(jengkel) bisa gak sih kamu ngomong pakek titik sama koma.. biar sehat makanya jalan kaki. Kenapa sepedamu?”
“ kan aku bilang rusak sipuut jelek…(sambil mencubit pipi tha-tha)”
“(jengkel) bisa gak sih kamu ngomong pakek titik sama koma.. biar sehat makanya jalan kaki. Kenapa sepedamu?”
“ kan aku bilang rusak sipuut jelek…(sambil mencubit pipi tha-tha)”
“ihh..apaan sich pakek cubit segala, sakit tau!!.. “
“hahaha…biarin!.. tha nanti ikut jalan-jalan OSIS gak?”
“emang mau kemana?”
“ke rumah ku…(melet)”
“(mengijak kaki didi)”
“uhh!!sakiit tha…”
“biariin, habis dari tadi cari masalah mulu sama ku (melet)”
“(tersenyum)”
Sepanjang jalan menuju sekolah, kami mengobrol dan saling tertawa
satu sama lain. Hatiku yang sempat sedih mulai tersenyum kembali ketika Didi
tersenyum di bola mata kecilku ini.
“eh..eh.. si tha-tha bareng si dhi-dhi….hehehe”
“tau tuh aku nemu anak ini ngemis minta-minta, makanya aku ajak
karena aku iba lihatnya…(tertawa lepas)”
“seneng yah kalo ngeledek aku yang ganteng ini..hehehe”
“(woooo…oooo….) ledek kami bertiga”
“mukamu kenapa pucet gitu tha?tanya lidya”
“ahh masa?? Mungkin karena belom sarapan kali”
“hahaha..males dandan jadi gitu mukanya,sambung didi”
“yuk masuk lab tha,lid..(ajak Tifany)”
“okeh..sampai jumpa nanti ya siput jelek…hahaha”
Aku dan didi pun berpisah melangkah menuju kelas masing-masing. Aku
dan teman-teman memasuki ruang lab biologi disekolah kami dan mengikuti semua
pelajaran yang diberikan oleh bu guru. Entah apa yang kurasa…kepalaku mendadak
sakit, sakitnya bukan seperti pusing biasa.
“kamu kenapa tha? Tanya Tifany”
“mukamu pucat banget! Duduk dulu tha..”
“aku gak tau kenapa ini! Kepalaku pusing bukan main.. (seruku)”
“ku belikan minum dikantin yah tha”
“iiah..”
“sekalian beliin obat pereda pusing Fann..siapa tau pusingnya
ngurang”
“gak usah Fann…belikan aku air minum saja”
“kamu yakin gak apa-apa tha??”
“aku gak apa-apa koq Lid..”
Kenapa badanku enggan untuk bergerak Tuhan… kenapa ini??? Apa
penyakit ini sudah mulai menggerogoti seluruh badanku?? Aku gak boleh terlihat
lemah dihadapan mereka! Aku pasti bisa untuk mengangkat tubuh ini dari bangku
yang aku duduki ini..!! ayo Ditha… jangan cengeng…
“kenapa tha?”
“tha…tha…”
“ahh..iiah kenapa Lid?”
“kamu baik-baik aja kan?”
“(tersenyum)”
Tifany pun datang membawa minum untukku yang dibelinya dikantin
sekolahku… perlahan aku mulai sedikit membaik.. tapi badan ini terasa mati untukku.. jam dinding sekolah pun berlalu… waktunya untuk pulang. Teman-teman
sekelasku mulai berhamburan keluar kelas namun aku masih terdiam di bangku
tempat ku duduk.
“ tha gk pulang?”
“kalian duluan aja..”
“mauh bareng gak tha?...”
“gak usah…aku bareng didi aja Lid,Fann..”
“ohh…ya sudah…kamu hati-hati yah tha..”
“iiahh…kalian juga yah”
Lidya dan Tifany pun meninggalkan ruang kelas. Kini hanya ada aku
dan bangku kosong di ruang kelas. Sebenarnya aku berbohong pada mereka. Mana
mungkin aku pulang dengan Didi..pasti Dy sudah pulang duluan. Lalu….
Terdengar suara gertak langkah kaki dari luar. Aku takut itu satpam
sekolah… ketika suara itu mulai dekat, ternyata yang muncul adalah Didi. Aku
pun terkaget dan yah sedikit dag-dig-dug…hehehehe
“ehh…sipuut ngapain dikelas kosong??(menghampiriku)”
“lagi duduk aja!!emang ada yang larang gitu?”
“enggak sich…pulang
yuk..(sambil memasang senyum kecil dibibirnya)”
Ya Tuhan manisnya senyumnya..membuatku ingin bangkit dari kursi
yang mulai memanas ini… nekatku akupun meranjak dari kursiku setelah mendengar
Didi mengajakku pulang bareng dengannya.
“waw…semangat amat mbakk…hehehehe”
“(jengkel) mau pulang atau gak!”
“hahaha… iiah-iiah..”
Kamipun pulang menuju rumah, sepanjang perjalanan Didi menghiburku
dengan bualan gombal dan cerita lucunya. Hatiku senang sekali.. sakit yang
kurasa saja sampai ku abaikan…yah walaupun sebenarnya aku masiih ta berdaya
untuk bergerak. Terima kasih Tuhan masih memberi aku hidup yang indah ini… aku
bisa melihat senyum manis kecil Didi di depan mataku yang membuat aku menjadi
manusia yang beruntung..karena diusia ku yang sudah tak lama lagi ini menurutku,
aku masih bisa melihat orang disekelilingku tersenyum dan tertawa (dalam
lamunanku).
“tha..tha…thatha!!!!...”
“gak usah teriak! Aku denger koq dhi..”
“suka banget yah kamu ngelamun…gak baik tauh..”
“ah sotoy kamu (melet)”
“hahaha somayyy (tertawa)”
“dasar tukang somaayy…hahahaha”
“indahhh….”
“apanya yang indah dhi??”
“senyuman kamu “
“hah? Serius? (tersipu malu)”
“iiah…tapi bohongg (melet)”
“(injak kaki didi)”
“kebiasaan!!sakiit tau..”
“hahaha biarin…”
Atap rumahku pun mulai terlihat, ini pertanda aku akan sampai
rumah… ya Tuhan aku gak mau jauh dari Didi.. cepat sekali rasanya sampai
dirumah.. (teriakku dalam hati)
“tu kan melamun lagiii!!!!...”
“(tersenyum)”
“senyum gak jelas…hahaha. Oke kita pisah sampai sini yah… kamu
lurus aku belok (tersenyum)”
“pisahh??selamanya?? (ucapku dengan lantang)”
“hahahaha…maksudku kamu pulang kerumahmu, aku pulang kerumahku..
besok kan kita masih bisa berangkat sama-sama lagii (sambil memasang senyum
kecilnya)”
“kalo gak bisa gimana? Kalo aku udah gak ada gimana? Apa masih bisa
kayak gini lagi sama kamu?”
“ahh…bicara apa kamu ini tha!!..udah sanah cepet masuk rumah
(sambil mengelus helaian rambutku )”
“aku serius dhi (menangis)”
“ehh..jangan nangis ahh jadii jelek tuh mukanya..hehe”
“(menangis tertunduk)”
“kamu jangan bicara gitu lagi yah sipuut…(tersenyum sambil
mengangkat mukaku yang menangis tertunduk) kamu sekarang masuk rumah dan
istirahat kalo capek…hehe”
“iiah…(nada merendah)”
“hmm…mana senyumnya siiput jelek… ”
“hehehehehe…makasii yah dhi…”
“buat apa tha??”
“buat hari ini..seumur umur baru kamu aja anak cowo yang bisa hibur
aku dhi”
“ahh masah…hehehe. Iiah sama-sama sipuut jelek ”
“udah aku bilang jangan bilang aku siput jelek!!”
“hahahaha…”
“aku pamit yah (tersenyum)”
“tunggu dulu tha”
Langkahku pun terhenti ketika Didi bilang itu…
“jangan lupa makan yah (tersenyum)”
Aku pun tersenyum ketika dy bilang seperti itu..baru kali ini ada
yang memberi perhatian lebih padaku… aku pun mulai berlalu dari hadapan Didi
dan Didi pun mulai melangkahkan kakinya menuju jalan kerumahnya.
Tuhan.. terimakasih buat hari ini.. (didalam kamar) tiba-tiba…
Sakit ini datang lagi…kali ini membuatku kaku untuk menulis buku
diari ku… mataku mulai redup, kepalaku sakit badanku mati rasa…tak bisa membuat
aku teriak memanggil papah dan mamah… Cuma tangisan yang aku rintihkan…
Tuhann….
Akupun pingsan tak sadarkan diri. Dan tiba-tiba aku berada di rumah
sakit…
2 jam aku tak siuman…. Ketika ku buka kan mata ini. Aku melihat
papah mamah dan kaka di samping tempat aku terbaring dirumah sakit. Aku tak tau
apa yang terjadi tadi, tiba-tiba aku berada disini.
“pah..mah.. kenapa bawa aku kesini?”
“tadi kamu pingsan tha, mamah kasih minyak angin kamu gak bangun..
mamah sama papah bingung dan akhirnya membawa kamu kerumah sakit.”
“gak usahlah bawa aku kesini pah, mah!!”
“ngomong apa kamu ini dek…. Kita tuh khawatir sama kamu”
“maafin aku ka.. mah aku sakit apa sebenarnya? Kenapa dari usia ku
yang ke 7 aku gak boleh tau penyakitku ini? Tiap saat kambuh aku minum banyak
obat!! Apa yang aku derita pah mah?? Kenapa saat penyakit ini datang aku tidak
bisa berbicara bahkan seluruh tubuhku tak bisa ku gerakkan… menulis pun aku tak
mampu!!! (menangis)”
“maafin mamah sama papah dan juga kakamu yah tha”
“maaf untuk apa mah?”
“selama ini kami tidak memberi tau apa penyakitmu ini. Sewaktu kami tau kamu
divonis penyakit ini kami shok…. Entah apa yang harus kami lakukan. Sementara
itu kamu masih hobby menulis dan hidup canda tawa bersama sahabat-sahabatmu…
mamah papah..sama kaka gak mau lihat senyummu itu menjadi pudar karena vonis
ini tha… (mamah pun menangis di hadapanku)”
“mah..pah..ka.. apapun yang tha derita, tha sudah siap koqq… gak
usah harus seperti ini. Kan sayang uang papah dibuang Cuma buat beli obat tha
dan lain”… jika tha harus pergipun tha ikhlas mah… tha bersyukur bisa ketawa,
tersenyum sama kalian dan sahabat-sahabat tha disini.. buat tha biarpun waktu itu
Cuma sebentar tha dapetin tapi tha merasa senang… sekarang tha siap koqq buat
tau penyakit itu mamah…papah…( berusaha ku tersenyum walau tak kuat ku rasa )”
“kamu divonis terkena kanker otak kecil stadium akhir tha… kanker
itu sudah ada saat usia kamu masih 1 bulan setelah mamah melahirkan kamu…penyakit
itu menyerang bangian otak kecilmu, dimana fungsi otak kecil itu adalah
sebagai alat keseimbangan tubuh dalam melalukan gerak serta aktivitas otot di
tubuhmu sayang…itu sebabnya jika terkena penyakit tersebut seluruh kerja otot
penggerak serta keseimbangan tubuhmu akan hilang tha… waktu itu ketika kamu
lahir, kamu tidak menangis..tidak bergerak namun bernafas… mamah sama papah
bingung sama keadaan kamu.. mamah suruh
dokter spesialis buat periksa kamu. Dan ternyata kamu terkena kanker otak
kecil. Namun waktu itu masih stadium rendah dan kata dokter bisa di sembuhkan.
Seiring berjalannya waktu kamupun tumbuh dewasa layaknya anak sehat lainnya..
ketika usia mu 2 tahun pengobatanmu terhenti. Hingga kamu berusia 7 tahun,
makanya saat itu mamah bawa kamu kerumah sakit jika kamu mengeluh sakit di
bagian kepala bagian belakang. Lalu kata dokter sama mamah penyakitmu sudah
masuk stadium lanjut.. penyakit itu cepat sekali merambat kedalam tubuh
mungilmu. Mamah sama papah Cuma bisa berdoa sama Tuhan agar kamu bisa hidup
lebih lama lagi. Kakamu mulai mencari uang demi pengobatanmu.. (mamah menangiis
dan memeluk tubuh lemahku ini)”
Yah Tuhan ini ternyata penyakitku! Sehingga membuatku terasa tak
berdaya… kenapa kau cobai aku seperti ini Tuhan… kenapa!!!!apa salah ku selama
ini!!!... hingga kau rengut senyum dan hidupku!! (akupun memberontak menangis
di hadapan kedua orang tua dan kakaku )
Mamah dan papah berusaha menenangkanku…
Aku pun perlahan tenang…dan pikiranku pun sekarang hanya berserah
pada Tuhan..
Aku bahagia memiliki keluarga yang menyayangiku hingga aku sakit
seperti ini.. hidup ku sangat beruntung, sampai usiaku yang ke 14 ini aku masih
diberikan kehidupan. Mungkin seseorang yang mengalami penyakit ini dr bayi bisa
meninggal pada saat itu!! Namun aku tidak…
Aku masih diijinkan untuk bisa membuat orangtua dan kakaku
tersenyum…
“ mah….”
“iiah sayang”
“aku mau pulang kerumah! (pintaku)”
“kamu kan belum membaik sayang…”
“gak mah…ijinkan aku untuk istirahat dirumah saja. Aku ingin
menghabiskan waktuku dirumah sama mamah…papah…dan kaka…”
“baiklah kalau itu pintamu…”
Akupun pulang kerumah pada saat itu. Kulihat muka mamah yang
berusaha merawat tubuh mati ini… mendorong kursi roda ini jika aku ingin ke
meja belajar biru langit didepan tempat tidurku. Sudah 2 minggu aku tak masuk
sekolah… sahabat dekatku pun menjengukku dirumah… Lidya dan Tifanny menangis
ketika mandengar bahwa aku tak lama lagi tidak ada di samping mereka. Sahabat
ku sejak kecil yang selalu membuatku tersenyum kini kubuat mereka menangis…
mereka ber2 pun memeluk erat tubuh ini. Saat
itu aku berharap sosok Didi datang menjengukku.. sudah 2minggu selama
aku tak masuk sekolah ini tak ada kabar darinya. Lidya dan Tifanny pun tak tau
kabar anak itu. Aku pun menangis dan menggerakkan kursi roda ini ke arah
kamarku dan menutup pintu kamarku.
“ Lidya,Tifanny… tha kenapa sedih dan menangis menuju kamar?? Tanya
mamah”
“gak tau tante kami juga…”
“apa ada seseorang yang membuat tha menangis seperti itu?”
“sebenarnya ada tante, namanya Didi.. mereka sudah lama kenal,
namun baru akrab sekali 2minggu yang lalu.. waktu itu mereka berangkat sekolah
sama-sama. Kami lihat tha tersenyum dan tertawa senang dengan adanya Didi waktu
itu tante… tha sempat cerita waktu itu kalo senyum Didi itu membuat Ia
semangat. Namun sudah 2 minggu ini tidak ada kabar dari dhi tante! Bahkan
sosoknya tak lagi kami lihat di sekolah…”
“mungkin karna itu tha menjadi sedih!”
“mungkin karna itu tha menjadi sedih!”
Sementara mereka bercakap-cakap diruang keluarga, aku menangis di
ruang kamar biru kecilku ini… mulai ku tuliskan sebuah puisi untuk mereka yang
membuatku tersenyum terutama Didi… aku merindukan sosok Didi sekarang Tuhan
(rintihku) kemana dy Tuhan…
Mengapa tak ada satupun kabar yang bisa aku dapatkan darinya…. Aku
pun menangis dan mengeluh pada sakitku ini…
Hingga kuw tuliskan sebuah puisi terakhir untuk mereka semua…
mungkin Didi pindah sekolah pikirku…
Karna waktu kelas 1 dulu dy pernah bilang padaku bahwa dy akan
pindah sekolah sebelum kelas 3 SMP. Ku pikir ini Cuma bualannya saja
tapii…
Ternyata semua nyata…
Aku berharap ketika hembusan nafas terakhir ini Didi datang ke
pemakaman ku Tuhan… hanya itu pintaku!!...
Walau tak bisa melihatnya secara langsung namun aku bisa
merasakannya meski kita ada didunia yang berbeda..
“sakiitttt!!!! (dalam hatiku)
Sementara di ruang tamu….
“tante… koqq tha gak keluar-keluar sich??”
“iiah tante juga heran… harusnya dy kesini lagi temani kalian
mengobrol”
“coba di cek dah tante!!”
Mamah serta sahabatku pun menghampiri pintu kecil kamar biruku…
Mereka memanggil namaku… namun aku tak mendengar mereka…
Aku tertunduk di atas meja belajar biruku..diatas secarik kertas
puisi yang sempat aku tuangkan tinta hitam di kertas itu.
“tha!!!tha!!tha!! buka pintunya sayang!” (teriak mamah panik)
Papah dan kaka pun datang dari luar pintu. Mendengar suara mamah
teriak namaku papah dan kaka pun berlari gegas menghampiri pintu rumahku… akhirnya
pintu kecil kamarku bisa dibuka dengan kunci duplikat yang disengaja dibuat
kaka hanya untuk kamarku. Karna dulu aku sering sekali mengunci diri di kamar
ketika menulis puisi… takut aku kenapa-kenapa makanya kaka membuat kunci
cadangan untukku..
Mereka semua melihat ku terlentang diatas meja belajar biru ku…
mamah, papah, kaka dan kedua sahabat ku menangis tak tertahan melihat nyawaku
sudah tak bernyawa… aku tau Tuhan itu tangis yang berharga untukku…
Namun mengapa aku tak bisa tersenyum saat mereka melihatku sudah
tak ada…!!
Kembalikan senyumku Tuhan! Sebentar saja… namun tetap tidak bisa!
Karena suasana saat itu sedang berduka. Keesokan harinya jasad tubuh mungil
kecilku di letakkan ditempat yang paling indah yang belum pernah kulihat saat
ku hidup dulu. Ku lihat semua orang menangis padaku… aku mengerti sosok ku
bukan lagi manusia tetapi berupa roh yang tak bisa dilihat oleh mereka.
Seberharga ini kah hidup ku Tuhan??!!...
Aku bahagia sekarang… aku ingin pergi dengan tenang sekarang Tuhan…
Tak lama kemudian seseorang dari balik pintu datang menghampiri
jasadku… ternyata itu adalah Didi!! Terima kasih Tuhan kau masih mau mendengar
pintaku saat aku sudah tak ada lagi. Aku pun mulai terasa bahagia ketika Didi
datang memeluk jasadku dan berkata “ pergilah dengan tenang tha… tetaplah
tersenyum di dunia yang baru nanti “ aku tau Didi sedih…hatinya menangis!!
Namun Ia berusaha tegar melihat aku terbaring selamanya. Ia masih sempat
memberikan aku senyuman itu walaupun tak bisa ku balas lagii… satu hal lagii
Tuhan… sebenarnya aku sudah mengetahui penyakitku ini! Karena waktu periksa di
umur ku yang ke 7 ini aku tak sengaja mendengar pembicaraan antara dokter dan
kedua orang tuaku.. aku pun sengaja pura-pura tak tau agar mereka masih bisa
melihat ku bahagia hingga hari terakhirku nanti…
Maafin aku yah mamah papah….
Kini aku bisa pergi dengan tenang bersamamu Tuhan…!!
Terimakasih untuk mereka.
Ini sebuah puisi yang kutuliskan untuk mereka yang di bacakan oleh
sahabatku Lidya seminggu setelah kepergianku
Kembalikan
senyumku Tuhan
Tuhan…
Entah apa yang kuderita saat ku kecil…
Membuatku semakin berarti di dunia ini…
Kau berikan keluarga yang menyayangiku hingga ku mati nanti…
Kau berikan sahabat yang setia menemani hari-hariku…
Dan kau berikan sosok laki-laki dengan senyuman manis di bibirnya…
Semua untukku Tuhan…
Aku bahagia saat merasakan hangat senyum itu…
Namun ketiika detik terakhirku…
Mengapa senyum itu hilang dan pergi …
Seakan – akan kau tarik senyumku jauh dari mereka…
Kembalikan senyumku Tuhan!!...
Kembalikan aku ke hadapan mereka…
Aku tak ingin
seperti ini…
Aku tak ingin
pergi…
Dan Aku tak ingin
hilang selamanya…
Kembalikan senyumku Tuhan…
Walau nanti aku tak bernafas lagi…
Yang terindah bagiku…
Tetap tersenyum walau bukan sosok ku lagii…
Bahagiaku untuk mamah dan papah…
Ceriaku untuk kaka yang kusayang…
Candaku untuk sahabat kecilku yang setia….
Dan senyum indahku untuk dy yang kucinta…
Sincerely
-Ditha Pranata -
Cerita by : wenny srivera
hiksss hikss
BalasHapus